Berani Bicara Di Depan Umum
Kebayang enggak, betapa tertekannya kita ketika merasakan sesuatu tetapi kita enggak bisa mengungkapkannya? Atau kita punya pendapat, tetapi kita enggak berani bersuara. Bagaimana cara mengatasi ketakutan bicara di depan umum?
Kenapa kita harus berani berbicara? Kan pintar berbicara hanya dibutuhkan oleh teman-teman yang aktif di organisasi. Kita kan hanya orang biasa aja dan enggak minat ikutan organisasi. Apalagi punya cita-cita jadi pembicara atau penyiar radio?
Mungkin banyak dari kita yang berpikiran begitu. Kita membayangkan bahwa terampil bicara hanya dibutuhkan oleh mereka yang beraktivitas di dunia yang kita anggap harus ”tampil” ke depan. Asal tau saja, semua yang kita lakukan adalah komunikasi. Enggak percaya?
Ketika kita merasa lapar lalu kita megang perut, kan kita sedang mengomunikasikan bahwa kita lapar. Atau ketika seorang teman ke sekolah pake mobil yang oke, ia sedang mengomunikasikan bahwa dia kaya. Jadi, setiap detik kita melakukan komunikasi dan apa pun yang kita lakukan adalah komunikasi. Enggak peduli terjadi dalam tingkat sadar atau enggak sadar, sengaja atau enggak sengaja.
Secara sederhana komunikasi adalah proses penyampaian pesan antara pengirim dan penerima pesan. Kita dapat melakukan komunikasi lewat suara (komunikasi verbal) dan lewat simbol atau bahasa tubuh, misalnya ekspresi wajah atau gerakan tubuh (komunikasi nonverbal).
Suara kita adalah penting dan itu merupakan kekuatan. Buktinya, hak menyatakan pendapat (bersuara) dan menyampaikan aspirasi dijamin dan dilindungi negara. Dengan bicara, kita bisa memberi tahu kepada orang lain apa yang kita inginkan, pikirkan, dan rasakan. Kita dapat meminta orang lain untuk menghentikan kekerasan, meminta menghormati hak-hak kita sebagai manusia, menyuarakan perdamaian, memotivasi teman, memengaruhi pembuatan keputusan, dan banyak lagi. Kita dapat melakukan perubahan.
Atasi ketakutan, fokuskan pada keuntungan positif.
Salah satu hal yang bikin kita enggak berani mulai bicara adalah karena ada ketakutan-ketakutan dalam diri kita. Kabarnya nih, menurut Ivy Naistadt dalam bukunya Speak Without Fear: A Total System for Becoming A Natural, Confident Communicator, kita memiliki beberapa ketakutan dalam berbicara di depan umum, antara lain:
1. Takut dikritik atau dinilai (secara negatif)
Ketakutan ini sangat menyiksa. Kita jadi enggak pernah mencoba karena kita merasa bahwa apa pun yang akan kita lakukan enggak akan cukup baik. Kadang kita juga takut terlihat ”berbeda” dari kebanyakan orang lain.
2. Takut dipermalukan atau dihina
Kadang kita takut kalo pendapat kita enggak bagus, kita akan mempermalukan diri sendiri. Hal ini juga bisa bersumber dari pengalaman trauma masa lalu. Seorang teman pernah menceritakan mengapa dia takut berbicara di depan umum. ”Saya selalu salah mengucapkan kata tertentu, jadi guru saya memaksa saya berdiri di depan kelas dan mengangkat satu kaki sambil terus mengucapkan kalimat itu berulang-ulang sampai saya bisa...,” katanya.
3. Takut secara emosional
Ini juga bisa berhubungan dengan pengalaman buruk masa lalu. Bisa saja karena kita pernah mencoba bicara di hadapan orang lain, tetapi malah ditertawakan. Akhirnya ini membekas dalam diri kita.
Kita memiliki pilihan-pilihan tentang bagaimana kita akan menangani masa depan kita. Meskipun ketakutan-ketakutan yang ada terasa mendalam, tetapi kita bisa mengubahnya saat ini jika mau. Caranya, dengan memberikan fokus perhatian kita pada keuntungan yang akan didapatkan. Kita dapat mencoba jurus jitu agar berani bicara di hadapan orang lain:
(1) Buka diri: menemukan dan mengakui
Temukan apa yang menjadi hambatan kita dan akui supaya kita bisa menetapkan rencana untuk ”mengatasinya”. Kita bisa mulai berlatih dengan menuliskan sebanyak mungkin kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika kita bicara.
(2) Melepaskan ketakutan
Ini bukan tentang penting atau enggaknya isi pembicaraan kita, tetapi tentang sesuatu yang jauh lebih penting. Tuliskan ketakutan mengenai kemungkinan terburuk yang akan terjadi, lalu baca berulang-ulang. Sesudah itu, tuliskan daftar perubahan yang ingin kita capai. Pahami, bangkitkan, dan rasakan motivasi untuk berubah.
(3) Hapus mitos-mitos
Banyak mitos yang ada di benak kita yang menghambat kita untuk berani bersuara, seperti kegugupan adalah pertanda kelemahan, semua yang kita katakan harus penting, semua berakhir kalau kita melakukan satu kesalahan.... Siapa pun yang akan menjadi pusat perhatian punya kemungkinan untuk ditolak. Jadi, wajar kita merasa gugup! Kegugupan hanyalah tanda kelebihan energi yang harus dipelajari cara menguasai dan mengendalikannya.
(4) Harus ada yang pertama kali
Semua orang yang kita lihat terampil bicara saat ini juga nervous waktu berbicara pertama kalinya. Kita harus mulai, harus ada praktik yang pertama untuk melakukannya. Cobalah, karena kalo kita enggak pernah mencoba, kita enggak akan pernah belajar.
(5) Terus berlatih
Bulatkan tekad, ”Saya harus berani mencoba! Biar saja, mungkin saya merasa terhina seminggu atau sebulan daripada seumur hidup enggak pernah bisa.” Kita bisa berlatih sendiri di rumah di depan cermin atau bersama teman dan minta teman memberikan masukan. Bicara langsung di hadapan orang lain adalah latihan yang paling ampuh.
(6) Kuasai banyak informasi
Inti dari bicara (komunikasi) adalah menyampaikan pesan atau informasi. Jadi, setiap saat pelajari informasi yang kita butuhkan dalam hidup kita, termasuk informasi-informasi lainnya yang berpengaruh terhadap kita. Punya banyak informasi juga akan membantu kita untuk jadi lebih percaya diri.
Kalau begitu, sudah saatnya kita ”mulai berani” bicara. Suara kita adalah penting. Apa yang kita pikirkan, yang kita rasakan, dan kita inginkan akan bisa diketahui oleh orang lain jika kita bersuara. Dengan bersuara, perubahan yang kita inginkan menjadi lebih mungkin terjadi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar